Raja Ampat, Radar Utama.com –
.Kamis pagi, 1 Mei 2025, PGRI Distrik Misool Timur Gelar Jalan Santai Semarak Hardiknas 2025; Simbol Nyata Semangat Mencerdaskan Anak Bangsa di Ujung Timur Nusantara suasana Kampung Folley di Distrik Misool Timur mendadak hidup dan penuh semangat. Langit cerah menjadi saksi antusiasme ratusan peserta yang berkumpul di titik start SMP Negeri 15 Raja Ampat. Dalam rangka menyongsong Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Distrik Misool Timur menyelenggarakan kegiatan jalan santai yang tak sekadar ajang olahraga ringan, melainkan simbol nyata bahwa semangat mencerdaskan kehidupan bangsa tetap menyala, bahkan dari pelosok yang jauh dari gemerlap kota.
Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh ASN guru dan tenaga kependidikan, baik PNS maupun PPPK, dari seluruh satuan pendidikan se-Distrik Misool Timur. Tak ketinggalan, anak-anak dari tingkat TK, SD, SMP, hingga SMA turut meramaikan barisan dengan semangat polos nan tulus. Wajah-wajah ceria dan penuh harap tampak menyatu dalam irama langkah kaki yang perlahan namun pasti menyusuri hampir dua kilometer rute yang mengelilingi kampung.
Yang paling mencuri perhatian adalah barisan depan yang dihiasi spanduk besar bertuliskan tema Hardiknas 2025: “Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua.” Satu kalimat yang sederhana, namun sarat makna. Sebuah seruan sunyi yang menggema kuat: pendidikan bukan hanya urusan guru atau dinas pendidikan, tapi merupakan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah di semua level .̋ Folley- Kamis, 1 Mei 2025: 9-11 WIT.
Sepanjang perjalanan, suara suling tambur yang dimainkan oleh siswa-siswi SMA Negeri 12 Folley Raja Ampat bergema di udara. Setibanya di titik akhir, suasana semakin meriah. Para peserta mendapatkan kupon doorprize, termasuk siswa dan para ASN. Di sudut lain, sambil menanti persiapan upacara peringatan Hardiknas pada 2 Mei keesokan harinya,
Kegiatan ini bukan sekadar seremonial tahunan. Ia adalah bentuk perlawanan diam terhadap ketimpangan pembangunan, ketidakmerataan fasilitas, dan abainya sistem terhadap pendidikan di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Jika negara ini sungguh ingin mewujudkan pendidikan yang bermutu untuk semua, maka suara dari Kampung Folley ini patut didengar, dijadikan cermin dan pemantik nurani.
Sebab disini, di tanah sunyi nan jauh dari sorot lensa, para guru tetap berjalan kaki untuk hadir di kelas, siswa tetap melangkah meski tanpa sepatu, dan kegiatan seperti ini tetap hidup karena cinta mereka terhadap ilmu. Semoga para pengambil kebijakan mampu mendengar pesan ini, bukan hanya dengan telinga, tapi dengan hati dan Nurani bahwa pendidikan butuh dukungan nyata, bukan sekadar slogan di kalender atau pidato di podium.
Hardiknas 2025 di Distrik Misool Timur telah membuktikan satu hal, semangat mencerdaskan bangsa masih menyala, bahkan dari titik terjauh republik ini. Dan selama semangat itu hidup, harapan akan masa depan Indonesia yang cerdas dan beradab masih layak diperjuangkan.
[Alex Umpain]